Ketika Putra-Putri “Jepang” Belajar al-Quran



Bermula
dari keinginan kaum Muslim-Muslimah Jepang yang menginginkan putera
puteri mereka mendapatkan pendidikan Islam yang baik, pada bulan Mei
tahun 2011, dibentuklah Taman Pendidikan Al-Quran (TPA) Hikari. Pada
saat didirikan, peserta didik TPA Hikari berjumlah 7 orang, meliputi
anak keluarga asal Indonesia dan anak keluarga asal Jepang. Rupanya,
jumlah pesertanya terus bertambah, kini mencapai sejumlah 16 anak dan 7
di antaranya anak dari ayah Muslim asli Jepang.




TPA Hikari ini salah satu taman pendidikan Islam dan Quran yang ada di Tokyo. Salah satu keunikan TPA ini adalah karena genuine ’made by Indonesian’.



Adapun pusat pendidikan Islam di Tokyo biasanya diselenggarakan oleh
saudara-saudari Muslim Pakistan, Turki dan berbagai negara lainnya yang
umumnya menggunakan bahasa Inggris atau Jepang sebagai media
pembelajaran.

Dipilihnya nama ’Hikari’ sebagai nama TPA bukan
tanpa alasan. Dalam bahasa Jepang, ’Hikari’ berarti cahaya. Para pendiri
TPA Hikari memiliki obsesi untuk bisa melahirkan pemuda-pemudi Jepang
masa depan pembawa cahaya aqidah tauhid, beribadah yang shahih,
berakhlaq mulia, kuat fisiknya, dan cerdas.

Kegiatan TPA ini
diadakan 2-3 kali seminggu. Waktu yang digunakan adalah sore hari,
setelah anak-anak yang sudah sekolah pulang. Mengingat banyaknya
fasilitas publik yang tersedia di Tokyo, TPA Hikari pun tidak
ketinggalan memanfaatkan berbagai fasilitas tersebut sebagai tempat
belajar. Salah satu tempat favorit belajar Quran bagi anak-anak TPA
Hikari adalah taman-taman bermain, yang dalam bahasa Jepang disebut
’koen’.



Di koen itulah, sebulan sekali anak-anak TPA Hikari mempelajari
berbagai ciptaan Allah sehingga mampu membaca ayat-ayat kauniyah dan
mengingat Allah. Mereka juga gemar mengikuti berbagai permainan dan
menyanyi nasyid bersama dipandu Sensei-sensei TPA Hikari yang ramah.

Pada
berbagai momentum, seperti Shalat Iedul Fithri di Sekolah Republik
Indonesia Tokyo (SRIT), TPA Hikari sering diundang untuk ikut
menyemarakkan berbagai kegiatan anak-anak.


Sebagai contoh, setelah shalat Ied, diadakan acara ’Ied Ceria’ yang
menampilkan kebolehan anak-anak Muslim Indonesia-Jepang. Di acara
seperti ini, mereka menunjukkan hafalan Quran, puisi dan berbagai
pementasan lainnya.

Kita mungkin perlu melihat dari kacamata
anak-anak muslim Jepang. Di sekolah saat jam makan siang, anak-anak
Jepang lainnya sering bertanya, “Kenapa tidak makan babi?” Ini kerap
menimbulkan rasa terasing bagi anak-anak Muslim Jepang. Di komunitas
anak-anak Muslim seperti TPA Hikari inilah, mereka menemukan
saudara-saudari ’aslinya’.


Perasaan bahwa mereka tidak sendiri dan masih merupakan bagian dari
komunitas itu sangat penting bagi perkembangan psikologis anak-anak. TPA
juga berperan dalam memberikan kepercayaan diri bagi anak-anak muslim
untuk bangga dengan identitas Islam. Dan hasilnya mereka dapat menolak
saat sensei di sekolah meminta mereka untuk menulis wish (harapan)
dikertas lalu menggantungnya di pohon, menggambar pohon natal, dan tidak
percaya kalau ada sinterklaus yang akan datang dimalam natal.

Semoga
lebih banyak lagi diselenggarakan pusat pendidikan Islam dan Quran di
Tokyo dan Jepang secara umum. Agar kelak generasi ini mampu membentuk
wajah Jepang yang sama sekali baru.  Di mana masyarakat Jepang akan
mengatakan; “Nyatakan Tiada Ilah selain Allah.”.*/Kiriman Fariz Nurwidya, Jepang



Sumber
Tags

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.

#buttons=(Ok, Go it!) #days=(20)

Our website uses cookies to enhance your experience. Learn More
Ok, Go it!