Kagumi Alquran, Joel Underwood Pun Memeluk Islam
0
"Awalnya aku tak tahu Alquran itu sesuatu yang agung. Aku membacanya
karena berpikir di dalamnya ada pengetahuan tentang budaya Arab. Itu
terjadi sebelum aku melakukan perjalanan ke Maroko," ujar Joel
Underwood, pria Inggris yang tinggal di Kota Manchester. Ia tersenyum
geli ketika mengawali kisah perjalanannya menuju hidayah Islam. Betapa
tidak, ia kala itu menyangka Alquran sebagai buku panduan wisata. Namun,
berkat ‘kebodohan’-nya itu, Joel justru menemukan hidayah.
Joel
dibesarkan dalam keluarga Kristen. Demi menjadi seorang Kristiani yang
taat, ia sangat rajin membaca dan memahami Alkitab. "Jika saya membaca
Alkitab, saya akan membacanya dengan sangat hati-hati dan kritis dalam
memahami isinya.''
Hingga beranjak dewasa, ia terus berusaha
menjadi hamba yang taat. Kala itu, ia sama sekali tak mengenal agama
Islam. ''Saya tak tahu apa pun tentang Islam. Tak kenal satu pun
Muslim," ujar pria yang bekerja sebagai konsultan keuangan tersebut.
***
Saat
menjadi mahasiswa di Amerika Serikat (AS) pun, ia belum mengenal agama
rahmatan lil ‘alamin ini. Kampusnya yang berlokasi di wilayah timur laut
AS didominasi warga kulit putih yang banyak berasal dari Inggris.
Keragaman etnis dan agama sangat minim di sana. Maka, sangat kecil
peluangnya untuk mengenal Islam. ''Saya mengenal Islam benar-benar
dengan perjalanan saya sendiri yang muncul dengan cara yang bahkan tak
pernah bisa saya bayangkan," ujar Joel.
Jadi, bagaimana Joel
mengenal Islam? Peristiwa kelam 11 Septemberlah yang menjadi titik
tolaknya. Menyusul tragedi itu, ia mulai mendengar desas-desus mengenai
Islam dan Muslim. Namun saat itu, ia belum ada keinginan sedikit pun
untuk mencari tahu tentang Islam.
Keinginan untuk lebih memahami
Islam mulai muncul ketika Joel berencana melakukan perjalanan ke Maroko.
Saat itu, ia mencari referensi yang dapat memberikannya petunjuk umum
tentang Maroko. Anehnya, Joel bukannya membaca buku panduan wisata,
melainkan justru membaca Alquran.
***
“Saya
pikir dari situ akan menemukan sedikit tentang budaya sebuah negara
Islam dan tahu bagaimana harus bersikap. Saat itu, saya tidak tahu
kandungan Alquran dan pesan yang terkandung di dalamnya karena saya
belum pernah melihat kitab ini sebelumnya,'' kata Joel sembari tersenyum
lebar.
Di luar dugaannya, begitu membaca Alquran, Joel langsung
jatuh hati dan ingin mempelajarinya. Lucunya, setelah enam bulan
membacanya, Joel baru tahu bahwa Alquran merupakan Kitab Suci umat
Islam. "Saya tahu itu buku agama, tapi saya tidak menyangka bahwa itu
adalah Kitab Suci umat Islam karena saya tidak pernah melihat
sebelumnya. Aku juga tidak tahu bahwa Alquran ternyata ‘nyambung’ dengan
sejarah Kristen atau Yahudi. Aku tidak tahu bagaimana semuanya
berkaitan.''
Makin penasaran
Saat di Maroko, Joel makin
penasaran dengan Alquran. Ketika berkunjung ke berbagai tempat di
Maroko, Joel yang melancong bersama sang istri merasa terus ingin
membaca Kitabullah. Joel tak tahu mengapa bisa begitu. Hal yang pasti,
ketika pertama kali membaca Alquran, ia telah terpesona dengan kekayaan
isinya.
Ketika pulang dari Maroko, Joel memutuskan untuk lebih
banyak mempelajari Alquran. Suatu kali ketika berjalan-jalan di Kota New
Hampshire, ia melihat sebuah iklan penggalangan dana yang dibuat sebuah
yayasan Islam. Ia sudah lupa nama yayasan itu. Dan yang jelas, Joel
langsung menghubungi yayasan itu dengan tujuan mengenal Islam. ''Saya
tidak tahu yayasan itu, tapi saya pikir ini adalah salah satu cara yang
bisa dilakukan untuk mengetahui tentang Islam," kata Joel.
***
Singkat
cerita, yayasan tersebut membuat Joel mengenal beberapa orang.
Merekalah yang kemudian memberikan beberapa informasi tentang Islam.
Dari mereka pula, Joel kemudian mengenal seorang Muslim yang kemudian
menunjukkannya pada Masjid New Hampshire. Di sanalah, Joel kemudian
mempelajari Alquran.
Tak menyia-nyiakan informasi itu, segera
saja Joel menuju masjid itu. Saat tiba di sana, ia merasa senang karena
disambut dengan baik. Tak ada sedikit pun prasangka negatif dari
Muslimin terhadapnya. ''Tak ada orang berkata, 'apa yang kaulakukan di
sini?' Atau 'Anda tidak cocok di sini’." “Mereka sangat ramah dan
mendukungku. Mereka justru mendatangi saya dan menanyakan 'bagaimana
saya dapat membantu Anda?' Jadi, aku diterima dengan sangat hangat,"
tuturnya bahagia. Tak lama kemudian, Joel pun mengucap syahadat dan
memeluk Islam.
***
Yakin Selalu Istiqamah
Ketika
seseorang memutuskan untuk menjadi Muslim, ia harus yakin bahwa Islam
akan menjadi pegangan seumur hidup. Jadi, tidak bisa sekadar coba-coba.
Hal itu pula yang tertanam di benak Joel ketika hendak berislam. ''Anda
tidak bisa mengatakan bahwa saya akan menjadi Muslim selama beberapa
tahun saja dan berkata, 'oh, ini sulit bagi saya' dan kembali pada
keyakinan sebelumnya,'' kata Joel.
Menurut dia, banyak mualaf
yang masih berpikir seperti itu sehingga mereka sulit mempertahankan
hidayah yang telah didapat. Joel yakin, ia bukan tipe mualaf seperti
itu. Ia yakin akan selalu istiqamah dengan keislamannya dan menjadi
seorang Muslim yang saleh. Di lubuk hatinya terdalam, telah tertanam
pula tekad untuk tidak melepaskan hidayah yang telah diperolehnya dengan
cara unik dan luar biasa. "Jadi, saya berkomitmen bahwa saya harus
memeluk agama ini seumur hidup.''
Sumber
Tags