JAKARTA -- Menjaga keaslian (orisinalitas) kitab suci Alquran di era
teknologi informasi sekarang ini menjadi kebutuhan yang mendesak.
Inilah yang harus menjadi perhatian para Ulama Alquran dalam naungan
LPMA, yakni menjaga orisinalitas bukan hanya pada teks saja, akan tetapi
tafsir dan terjemahan yang sesuai dengan ajaran Islam yang sebenarnya.
Beberapa temuan teks Alquran yang tidak sesuai dengan teks asli
menjadi peringatan pentingnya menjaga orisinalitas teks mushaf,
terjemahan dan tafsir Alquran tersebut merupakan ulah oknum tidak
bertanggung jawab.
Menteri Agama, Suryadharma Ali dalam
Musyawarah Kerja Nasional (Mukernas) Ulama Al Quran di Serang, Banten,
Selasa (21/5) mengatakan, pemerintah berupaya keras agar mushaf Alquran
yang beredar di Indonesia tetap terjaga orisinalitasnya.
Keaslian
teks Alquran yang tetap terjaga ini penting, agar ajaran Islam tetap
terjaga sampai kapanpun sesuai dengan yang diajarkan Nabi Muhammad SAW.
"Bagi
ummat Islam Al-Quran bukan hanya sebagai kitab suci. Tapi juga memiliki
posisi sentral dalam denyut nadi kehidupan dan peradaban," ujar Menag
di hadapan para Ulama Alquran. Hilangnya orisinalitas Al Quran, membuat
ummat sulit memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran Islam dan
jauh dari petunjuk Allah.
Karenanya, Menag mengingatkan, di
tengah kondisi global yang memudahkan arus informasi sekarang
ini,menjaga keaslian teks Al-Quran merupakan suatu keharusan. Inilah
peran besar tugas Ulama Alquran, khususnya Lajnah Pentashihan Mushaf
Al-Qur’an (LPMA), yang berada di bawah Badan Penelitian Pengembangan
(Balitbang) dan Pendidikan Pelatihan (Diklat) Kementerian Agama
(Kemenag).
Selain mengawasi teks dari mushaf Al Quran yang
beredar di Indonesia, LPMA bersama Ulama Al Quran juga memiliki tanggung
jawab besar menjaga segala bentuk terjemahan dan tafsir ayat Al Quran
yang tidak sesuai ajaran Islam. Walaupun, kata Menag, paham
keberagamaan dalam Islam merupakan bagian dari khazanah peradaban
Islam.
"Akan tetapi permasalahan muncul setelah tafsir tersebut
mengarah ke fanatisme, yang saling mengkafirkan, saling menyalahkan dan
merasa paling benar," ujar Suryadharma.